Perbedaan Angka Kesembuhan Teknik Masase Sakus dengan Sakus Duktus pada Dakriostenosis Kongenital
Abstract
Abstrak
Dakriostenosis kongenital atau obstruksi pada duktus nasolakrimal merupakan kelainan sistem lakrimasi yang paling sering terjadi pada anak-anak. Dakriostenosis kongenital terjadi 6% - 20% pada bayi baru lahir. Dakriostenosis kongenital dapat menyebabkan infeksi seperti dakriosistitis, selulitis orbita, dan konjungtivitis bakterial. Terapi utama untuk dakriostenosis kongenital menjadi perdebatan karena resolusi spontan yang masih bisa terjadi hingga usia satu tahun kehidupan. Terdapat dua teknik masase yaitu masase sakus dan masase sakus duktus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan angka kesembuhan teknik
masase sakus dengan sakus duktus pada dakriostenosis kongenital di SEC RSI Sultan Agung Semarang. Penelitian observasional dengan rancangan cross sectional mengggunakan 73 mata yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu teknik masase sakus 36 mata dengan teknik masase sakus duktus 37 mata. Kedua kelompok melakukan kontrol setiap minggu selama 12 minggu untuk mengetahui kesembuhan. Kesembuhan dakriostenosis kongenital dilihat dari pemeriksaan fisik dengan melihat tanda klinis yaitu sekret dan epifora. Pasien dinyatakan sembuh apabila tidak didapatkan sekret dan epifora. Hasil uji statistik menggunakan uji fisher exact
didapatkan nilai p= 0,203 (p>0,05). Didapatkan hasil dari 36 mata dengan terapi masase sakus angka kesembuhan pada penderita dakriostenosis kongenital sebanyak (86,1%). Pada 37 mata yang diberikan terapi masase sakus duktus angka kesembuhan pada penderita dakriostenosis kongenital sebanyak (94,6%). Hasil dari penelitian ini secara statistik tidak terdapat perbedaan angka kesembuhan antara teknik masase sakus dengan sakus duktus pada dakriostenosis kongenital. Namun,secara klinis angka kesembuhan dakriostenosis kongenital menggunakan masase sakus duktus lebih tinggi dibandingkan masase sakus.
Kata Kunci: Dakriostenosis Kongenital, Masase Sakus, Masase Sakus Duktus
Dakriostenosis kongenital atau obstruksi pada duktus nasolakrimal merupakan kelainan sistem lakrimasi yang paling sering terjadi pada anak-anak. Dakriostenosis kongenital terjadi 6% - 20% pada bayi baru lahir. Dakriostenosis kongenital dapat menyebabkan infeksi seperti dakriosistitis, selulitis orbita, dan konjungtivitis bakterial. Terapi utama untuk dakriostenosis kongenital menjadi perdebatan karena resolusi spontan yang masih bisa terjadi hingga usia satu tahun kehidupan. Terdapat dua teknik masase yaitu masase sakus dan masase sakus duktus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan angka kesembuhan teknik
masase sakus dengan sakus duktus pada dakriostenosis kongenital di SEC RSI Sultan Agung Semarang. Penelitian observasional dengan rancangan cross sectional mengggunakan 73 mata yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu teknik masase sakus 36 mata dengan teknik masase sakus duktus 37 mata. Kedua kelompok melakukan kontrol setiap minggu selama 12 minggu untuk mengetahui kesembuhan. Kesembuhan dakriostenosis kongenital dilihat dari pemeriksaan fisik dengan melihat tanda klinis yaitu sekret dan epifora. Pasien dinyatakan sembuh apabila tidak didapatkan sekret dan epifora. Hasil uji statistik menggunakan uji fisher exact
didapatkan nilai p= 0,203 (p>0,05). Didapatkan hasil dari 36 mata dengan terapi masase sakus angka kesembuhan pada penderita dakriostenosis kongenital sebanyak (86,1%). Pada 37 mata yang diberikan terapi masase sakus duktus angka kesembuhan pada penderita dakriostenosis kongenital sebanyak (94,6%). Hasil dari penelitian ini secara statistik tidak terdapat perbedaan angka kesembuhan antara teknik masase sakus dengan sakus duktus pada dakriostenosis kongenital. Namun,secara klinis angka kesembuhan dakriostenosis kongenital menggunakan masase sakus duktus lebih tinggi dibandingkan masase sakus.
Kata Kunci: Dakriostenosis Kongenital, Masase Sakus, Masase Sakus Duktus
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.