A COMPARATIVE EFFECT BETWEEN SUTURE AND WEIS PROCEDURE ON RECURRENCE IN PATIENTS WITH ENTROPION
Abstract
Latar Belakang : Entropion adalah kelainan palpebra dimana terjadi pelipatan dari tepi palpebra ke arah dalam bola mata. Entropion dapat menyebabkan bulu mata, tepi palpebra dan
kulit pada palpebra mengalami kontak dengan bola mata. Gesekan terhadap kornea dapat memberikan gejala iritasi, rasa tidak nyaman pada mata dan epifora, apabila berlangsung terusmenerus, maka dapat menyebabkan komplikasi seperti keratitis mikroba, ulserasi kornea, formasi pannus hingga kehilangan penglihatan. Beberapa prosedur bedah telah dikembangkan untuk entropion involusional, prosedur terapi yang sering digunakan di Indonesia yaitu everting suture procedure dan weis procedure. Prevalensi entropion masih sedikit dari keseluruhan keluhan pada mata, berdasarkan penelitian sebelumnya Hussain dkk (2004), didapatkan prevalensi entropion di Punjabi sebesar 0,05%, namun prevalensi entropion ini pada 3 tahun terakhir terus meningkat (Rachmania et al., 2014).
Metode : Penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional melibatkan sebanyak 35 pasien entropion involusional periode 2008 - 2016 di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang. Data penelitian dianalisis secara deskriptif dan uji Fisher Exact Test. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 16 pasien entropion yang menjalani operasi dengan teknik everting suture procedure, sebanyak 31,3% (5 pasien) mengalami rekurensi dan 68,8% (11 pasien) tidak mengalami rekurensi, sedangkan dari 19 pasien entropion yang menjalani operasi dengan teknik Weis procedure terdapat 5,3% (1 pasien) mengalami rekurensi dan 94,7% (18 pasien) tidak mengalami rekurensi. Uji Fisher exact diperoleh nilai p sebesar 0,073 (p>0,05). Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan efektifitas antara teknik everting suture procedure dan Weis procedure terhadap tingkat rekurensi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
Kata Kunci : Entropion involusional, everting suture procedure, weis procedure
kulit pada palpebra mengalami kontak dengan bola mata. Gesekan terhadap kornea dapat memberikan gejala iritasi, rasa tidak nyaman pada mata dan epifora, apabila berlangsung terusmenerus, maka dapat menyebabkan komplikasi seperti keratitis mikroba, ulserasi kornea, formasi pannus hingga kehilangan penglihatan. Beberapa prosedur bedah telah dikembangkan untuk entropion involusional, prosedur terapi yang sering digunakan di Indonesia yaitu everting suture procedure dan weis procedure. Prevalensi entropion masih sedikit dari keseluruhan keluhan pada mata, berdasarkan penelitian sebelumnya Hussain dkk (2004), didapatkan prevalensi entropion di Punjabi sebesar 0,05%, namun prevalensi entropion ini pada 3 tahun terakhir terus meningkat (Rachmania et al., 2014).
Metode : Penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional melibatkan sebanyak 35 pasien entropion involusional periode 2008 - 2016 di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang. Data penelitian dianalisis secara deskriptif dan uji Fisher Exact Test. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 16 pasien entropion yang menjalani operasi dengan teknik everting suture procedure, sebanyak 31,3% (5 pasien) mengalami rekurensi dan 68,8% (11 pasien) tidak mengalami rekurensi, sedangkan dari 19 pasien entropion yang menjalani operasi dengan teknik Weis procedure terdapat 5,3% (1 pasien) mengalami rekurensi dan 94,7% (18 pasien) tidak mengalami rekurensi. Uji Fisher exact diperoleh nilai p sebesar 0,073 (p>0,05). Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan efektifitas antara teknik everting suture procedure dan Weis procedure terhadap tingkat rekurensi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
Kata Kunci : Entropion involusional, everting suture procedure, weis procedure
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.