REPRESENTASI IDENTITAS BUDAYA DALAM ETIKA BERBAHASA (STUDI KASUS MASYARAKAT BIMA)
Abstract
Bahasa dan budaya merupakan dua istilah yang tidak bisa dipisahkan. Bahasa dan budaya berkaitan erat dengan cara berpikir, cara berprilaku, dan pengaruh prilaku orang lain. Penggunaan bahasa adalah penguatan dari budaya itu sendiri. Budaya bersifat dinamis, tidak menutup kemungkinan terhegemoni oleh budaya lain. Artinya, budaya itu akan berkembang sejalan dengan perkembangan zaman. Seperti dalam hipotesis Sapir-Whof adalah sebuah pernyataan dalam teori linguistik relativitas yang menyatakan bahwa ada hubungan kuat antara bahasa dan budaya dan pikiran seorang penutur. Kondisi dan kebudayaan seseorang sangat mempengaruhi bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari, seperti penggunaan kata “santabeta, ndaimu, ndaiku, ita, mada, nggomi, nahu dalam etika berbahasa budaya Bima. Etika berbahasa berkaitan dengan pemilihan kode bahasa, norma-norma sosial, dan sistem budaya yang berlaku dalam satu masyarakat. Oleh sebab itu, tujuan dilakukannya penulisan ini ialah untuk mengetahui bagaimana etika berbahasa dalam budaya Bima dan bagaimana penggunaannya dalam bertutur (interaksi). Dalam etika berbahasa ini antara lain akan mengatur (a) apa yang harus dikatakana pada waktu dan keadaan tertentu kepada seseorang partisipan tertentu berkenaan dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu; (b) ragam bahasa apa yang paling wajar digunakan dalam situasi sosiolinguistik dan budaya tertentu; (c) kapan dan bagaimana digunakan menggunakan giliran berbicara, dan menyela pembicaraan orang lain; (d) kapan harus diam; (e) bagaimana kualitas suara dan sikap dan fisik di dalam berbicara itu. Dengan demikian, kata sapaan seperti “santabeta, ita, mada (sapaan untuk orang yang lebih tua), ndaimu, ndaiku (sapaan untuk teman sebaya), nggomi, nahu (sapaan untuk orang yang lebih muda)†dalam bahasa dan budaya Bima tersebut perlu dibahas lebih dalam dan ini merupakan bagian kajian linguisti dan budaya, agar budaya lain tahu bagaimana etika berbahasa dalam budaya Bima. Bahasa Bima sebagai salah satu bagaian dari kebudayaan yang ada di Indonesia juga perlu diaktualisasi dan menunjukkan eksistensi agar daerah lain bisa mengetahui dan mengaplikasikan bagaimana etika berbahasa dalam budaya Mbojo (Bima).
Kata Kunci: Bahasa, Etika Berbahasa, Budaya
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.