KAJIAN MORFOLOGI DAN LEGAL FORMAL KEDHATON DAN LINGKUNGAN BALUWARTI KRATON SURAKARTA SEBAGAI KAWASAN HERITAGE
In the village of Sala Village Baluwarti. The Palace itself is an area that is composed of several places and spaces that make up the single entity are hierarchical and specific classified into sacred space, sacred and profane axis. The magical 5,000 concept with the existence of "the Center" as the core of the sacredness, dualistis with orintasi utra-South and East-West (Garden in Marlina Avi, 2017).
This research aims to know the heritage city centre the morphology of structurally and functionally can be achieved by identifying the target Division of space or the structure of the existing area in the Centre of the heritage morphological identification and also functionally can be seen based on the function of sacred, sacred and profane space axes as well as formal legal identifkasi. The methods used in this research is qualitative diskriptif method, where the analysis is performed with the menajdikan theory of deductive process as a start to conduct research in field to produce the findings.
structurally the town heritage-culture that exists in Surakarta consists of territory within the fortress, State and negaragung. As for functionally consists of sacred space, sacred and profane space Axes where each function exists which still has same function either at the time of work as well as at present, but there are also some buildings are undergoing a change of function. As well as formal legal status for a Carton of Surakarta is a nation's cultural relics in ataur in article 1 Kepres No. 23 years of 1988 that the formal legal belongs to the Kraton Surakarta.
Keyword : Morphology,Legal Formal,  Cites of Kingdom
Â
Â
Surakarta merupakan kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah dimana pada kota tersebut dulunya merupakan salah satu bekas peninggalan Kerajaan islam yang berdiri pada tahun 1745 M dengan kraton yang berada di Desa Sala Kelurahan Baluwarti. Kraton sendiri merupakan suatu kawasan yang terdiri dari beberapa tempat dan ruang yang membentuk satu kesatuan secara hirarkis dan spesifik yang terklasifikasi menjadi ruang sakral, profane dan sumbu sakral. Konsep kosmo-magis dengan keberadaan “pusat†sebagai inti kesakralan, dualistis dengan orintasi utra-selatan dan timur-barat (Garden dalam Marlina Avi, 2017).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfologi pusat kota peninggalan kerajaan secara struktural dan fungsional yang dapat dicapai dengan sasaran melakukan identifikasi pembagian ruang atau struktur wilayah yang ada di pusat kota peninggalan kerajaan dan juga identifikasi morfologi secara fungsional yang dapat dilihat berdasarkan fungsi sakral, sumbu sakral dan ruang profane serta identifkasi legal formal. Â Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode diskriptif kualitatif, dimana analisis dilakukan dengan proses deduktif yang menajdikan teori sebagai awal untuk melakukan penelitian dilapangan hingga menghasilkan temuan.
secara struktural Kota peninggalan kerjaan yang ada di Surakarta terdiri dari Wilayah dalam Benteng, Negara dan negaragung. Adapun secara fungsional terdiri dari ruang Sakral, Sumbu sakral dan ruang profane dimana pada masing-masing fungsi ada yang masih memiliki fungsi sama baik pada masa kerjaan maupun saat ini namun ada pula beberapa bangunan yang mengalami perubahan fungsi. Serta untuk status legal formal Karton Surakarta yang merupakan peninggalan budaya bangsa yang di ataur dalam Pasal 1 Kepres No. 23 Tahun 1988 bahwa legal formal adalah milik Kraton Surakarta.
Kata Kunci : Morfologi,Legal Formal Kota Kerajaan
- Branch, Melville. (1996). Perencanaan Kota Komprehensif Pengantar dan Penjelasan Gadjah Mada University Press,Yogyakarta
- Budihardjo, E. (1984). Meunuju Arsitektur Indonesia. Bandung : Bandung Alumni.
- Carmonara, M, Heath, T., oc, T & Tiesdell, S. (2003). Public Places Urban Spaces, Teh Dimensions Of Urban Design Architectural Press. Architectural Press.
- Fadila, A. (2006). Morofologi Kota Sigli. Thesis di Universitas Gadjah Mada.
- Handinanta, Y. I. (2010). Tipomorofologi Kota Banjarmasin. Skripsi di Universitas Gajah
- Joko P, S. (2006). Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek). Jakarta: PT Rineka Cipta.
- Marlina, Avi. (2017). Ruang Hunian Keraton Jawa. Desertasi di Universitas Diponegoro
- Moleong, J. L. (1988). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Parlindungan, J. (2003). Konsep dan Komponen Morfologi. Buku Ajar Universitas Brawijaya
- Smailes, R. J. (1995). I. In the Institute of British Geographer Transaction and Paper.
- Rahman, B. (2017). Correlation of Cultural Activity of River Bank to Tidal River Transportation Function. dalam International Conference on Coastal and Delta Areas (Vol. 3, hal. 617–624). Semarang
- Sri Wintala Achmad. (2016). Sejarah Kerajaan-Kerajaan Besar di Nusantara. Yogyakarta: Araska.
- Sunaryo, R. G. (2015). Morfologi Ruang Pusat Kota Jawa Periode Kolonial. Desertasi di Universitas Gajah Mada.
- Tallo, A, J. Pratiwi, Yulia & Astutik, Indri. (2014). Identifikasi Pola Morofologi Kota (Studi Kasus :Sebagian Kecamatan Klojen Kota Malang). Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota, Vol 25, Nomor 3, hal 213-227.
- Trancik, R. (1943). Finding lost space; Theories of urban design. New Jersey, USA : John Wiley & Sons, Inc,.
- Weishaguna dan Ernady, S. (2007). Morofologi Sebagai Pendekatan Memahami Kota. Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota Unisba, Vol 7, Nomor 2, hal 55-67.
- Yunus, S. H. (2012). Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pusaka Pelajar.
- Zahnd, M. (1999). Perencanaan Kota Terpadu. Yogyakarta: Kanisius.
- Zahnd, M. (2008). Model Baru Perancangan Kota yang Kontekstual. Yogyakarta: Kanisius.